Tips-Tips Backpacking

|0 komentar
Sekarang ini bepergian secara backpacking semakin banyak dilakukan para penghobi travelling. Karena memang lebih fleksibel dan bebas serta dapat menekan biaya yang ada. Kenapa disebut backpacking karena memang para backpacker lebih banyak menggunakan tas punggung untuk tempat semua peralatannya dan untuk bepergian ke tempat-tempat yang mereka sukai. Berikut ini adalah beberapa tips yang dapat membantu anda untuk membuat perjalanan anda menjadi semakin aman dan nyaman.

• Rencanakan perjalanan anda. Buatlah list apa saja yang harus anda persiapkan untuk perjalanan anda, misalnya: list barang yang akan anda bawa, catat rencana pengeluaran anda, buat list yang anda lakukan di tempat tujuan, serta tempat-tempat mana saja yang akan anda kunjungi di tempat tujuan. Perencanaan merupakan tahapan yang sangat penting bagi backpacker sebab tanpa perencanaan yang matang, perjalanan yang kita lakukan bisa menjadi perjalanan yang sia-sia dan anda jadi mubazir dalam menggunakan waktu di tempat tujuan.

• Gunakan alat transportasi umum yang aman, nyaman dan sesuai dengan budget yang ada. Jika anda menggunakan alat transportasi pribadi, persiapkan kendaraan anda sebelum berangkat.

• Pilih tempat menginap yang layak dan sesuai dengan kantong anda. Ketika anda tidak mempunyai kenalan di tempat tujuan tentunya anda membutuhkan penginapan untuk menginap, sehingga pilihlah penginapan yang sesuai dengan budget yang ada serta aman. Anda juga dapat menggunakan masjid maupun SPBU untuk menginap, tapi jangan lupa untuk ijin terlebih dahulu kepada petugas yang ada.

• Perhatikan keamanan barang-barang anda jangan sampai hilang. Jika anda penggemar fotografi, jaga kamera anda dengan baik. Sebab yang bisa menjaga keamanan barang anda adalah diri anda sendiri.

• Jangan malu untuk bertanya atau membeli peta jika anda benar-benar tidak tahu tempat tujuan kita.

• Lakukan sosialisasi dengan orang di sekitar anda. Sebab orang-orang di sekitar anda-lah yang akan memberikan bantuan yang anda butuhkan ketika mendapat masalah sewaktu-waktu.

• Pelajarilah terlebih dahulu budaya masayarakat di daerah tujuan. Pengenalan kultur pada daerah tujuan dimaksudkan agar perilaku kita tidak bertentangan dengan budaya masyarakat setempat.

• Jalankanlah rencana perjalanan yang anda buat sebelum berangkat. Jika ada perubahan cepat sesuaikan, agar semua rencana yang kita buat dapat kita jalankan.

• Jangan lupa tetap ingat kepada Sang Pencipta dimanapun anda berada.

Selamat berpetualang!

PENDAKIAN PERTAMA

|0 komentar



Nama saya Johan Wisnu Saputra dan melakukan pendakian adalah passion saya. Dan ini adalah cerita tentang pendakian pertama saya, sebuah pendakian ke sebuah gunung yang sebenarnya belum saya kenal sebelumnya. Sebuah perjalanan yang membuat saya menghargai kehidupan ini.

Waktu diajak oleh teman-teman saya waktu itu untuk mendaki Gunung Arjuna, mungkin yang ada di pikiran saya adalah sebuah pendakian yang enteng dan sebuah gunung yang tidak terlalu tinggi untuk didaki. Kami waktu itu tidak membawa bekal yang banyak, peralatan yang seadanya, tenda yang benar-benar tidak layak untuk digunakan, serta sikap meremehkan alam yang ada pada kami semua.

Hari Jumat malam di akhir Tahun 2008 aku, Yoyok, BJ, dan Lakso berangkat. Tujuan kami adalah Gunung Arjuna. Sesampainya di pos perijinan kami beristirahat sebentar seraya mengurus ijin untuk melakukan pendakian. Dan pada jam 12 malam, kami pun berangkat. Mungkin sebelum berangkat kami mengira bahwa kami akan melewati jalur tanah yang nyaman untuk dipijak oleh kaki. Namun kenyataannya kami melewati jalur berbatu yang merupakan trek yang digunakan jeep hardtop untuk mengangkut belerang yang diambil penambang dari Gunung Welirang. Sebab memang sebenarnya antara Gunung Welirang dan Gunung Arjuna masih dalam satu gugusan pegunungan namun dengan puncak yang berbeda. Waktu itu aku hanya memakai sandal jepit yang sudah agak using, sehingga memang waktu di tengah jalan sandalku putus. Dan akhirnya terpaksa memakai sandal temanku yang agak kekecilan.

Akhirnya kami sampai di pos 1 (kop-kopan) pada pukul 5 pagi. Dan kami memasak mi instan untuk sarapan kami semua karena memang kami hanya membawa mi instan untuk bekal perjalanan kami semua. Dan disinilah saya mulai merasakan hipoksia yaitu kurangnya oksigen dalam otak karena faktor ketinggian. Gejala yang timbul biasanya memang pusing, mual, sesak nafas, badan lemas dan tidak nafsu makan. Ditambah kami memang tidak tidur semalaman sehingga badanpun jadi semakin drop.

Dengan tenaga seadanya dan semangat yang semakin memudar kamipun melanjutkan perjalanan. Kami disuguhi tanjakan-tanjakan yang curam serta jalan yang masih tetap berbatu tajam. Ditambah lagi kami yang sempat tersesat beberapa jam di jalan karena mengikuti jalan pintas. Kami juga sempat tidur di jalan karena putus asa, namun dengan semangat seadanya kami tetap berjalan pelan-pelan untuk menuju pos selanjutnya yaitu pondokan.

Dengan rintangan yang kami hadapi di jalan, akhirnya pada jam 2 siang hari Sabtu, kami sampai di pos pondokan yang merupakan tempat pondok-pondok penambang belerang. Setelah sampai kami mendirikan tenda kita untuk pertama kali. Dan memang tenda yang kita pakai benar-benar tidak layak pakai, sebab frame tenda yang hanya terbuat dari pipa serta bahan tenda yang tembus air. Setelah tenda berdiri kami pun beristirahat. Waktu bangun sakit yang saya rasakan di pos sebelumnya semakin parah. Ditambah badan saya yang akhirnya jadi demam dan memang kami tidak membawa persiapan obat-obatan. Untunglah kita bertemu pendaki lain yang memiliki perbekalan yang lebih lengkap. Kamipun meminta bantuan mereka, dan akhirnya merekapun mau menolong. Saya yang terkena penyakit gunungpun dibuatkan masakan yang spesial yaitu nasi, mi dan telur dan memang setelah makan sakitku sedikit mereda. Disinilah saya merasakan persaudaraan di gunung. Dan memang benar apa yang dikatakan sebagian besar orang, di gunung kita semua adalah saudara.

Ketika bangun kita pun mengubah rencana kita. Kita yang tadinya ingin menuju puncak Arjuna akhirnya mengalihkan tujuan kita ke puncak Welirang. Karena selain jarak dan waktu tempuh yang lebih pendek, juga trek yang aman. Karena memang sebenarnya tidak ada satupun dari tim kita yang mengenal medan yang ada di gunung Arjuna. Setelah sarapan bersama Mas Catur dan temannya yang menolong kami semalam kami meneruskan perjalanan ke puncak Welirang. Dalam waktu 3 jam dengan trek yang berbatu terjal kami akhirnya sampai juga di puncak. Pemandangan puncak waktu itu memang berkabut, sehingga kita tidak dapat sepuasnya menikmati indahnya alam yang membentang. Setelah puas foto-foto kamipun turun gunung.

Setelah sampai pondokan dengan waktu tempuh 1,5 jam kami tidur-tiduran sebentar, karena memang kami kecapekan dan semalam kurang tidur karena kedinginan. Setelah 30 menit tidur kami melanjutkan perjalanan turun ke pos selanjutnya. Medan yang kami lalui untuk turun ternyata lebih berat karena kami harus menahan beban di atas jalan yang berbatu tajam. Sehingga kaki terasa sakit. Sesampainya di pos 4 kami masak untuk makan malam. Namun hipoksia yang aku alami kembali lagi. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk tidak makan, dan ini malah memperparah keadaanku dan benar akhirnya aku muntah-muntah. Dan kondisi diperparah oleh hujan yang turun sehingga kami terpaksa berteduh sebentar di tempat tersebut. Untung waktu itu ada teman-teman yang selalu memberikan support kepada saya. Jam 1 malam hujanpun berhenti, kami bertekad untuk melanjutkan perjalanan. Dengan semangat teman-teman yang menggebu-gebu saya pun jadi ikutan semangat. Meskipun dengan kepala pusing dan perut yang mual serta senter yang saya bawa mati, pelan-pelan kami berusaha untuk dapat mengatasi rintangan yang ada. Dan memang rintangan yang terbesar adalah diri kita sendiri. Setelah ber jam-jam dan jatuh bangun karena jalan yang memang sangat licin kami akhirnya sampai juga di pos perijinan, tempat awal kita berangkat. Benar-benar perjalanan yang melelahkan. Aku sempat berpikir, mungkin aku tidak akan melakukan perjalanan seperti ini lagi di waktu yang akan datang. Namun Mas Catur yang telah menolong kita selama ini dan ternyata kita sampai secara bersamaan berkata,” Gunung itu seperti memberikan kutukan pada kita semua. Ketika orang turun gunung pasti suatu saat akan terasa kangen untuk naik gunung lagi.” Dan ternyata itu benar, sekarang malah aku yang ketagihan untuk mendaki gunung.

Dan ternyata kita memang makhluk yang sangat kecil di jagat raya ini. Kesombongan kita akan dapat menghancurkan kita sendiri karena kita memang bukan siapa-siapa jika berhadapan langsung dengan alam. Bukan gunung yang sebenarnya ditaklukkan oleh para pendaki, namun kesombongan dalam diri pendaki itu sendirilah yang harus ditaklukkan. Hanya kerendahan hati lah yang dapat membuat kita bersahabat dengan alam.

GUNUNG ARGOPURO

|0 komentar


Gunung Argopuro secara administratif berada di Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Jember, dan Kabupaten Situbondo. Gunung ini memiliki ketinggian 3088 mdpl. Secara geografis gunung ini terletak antara 8°00’- 8°30’ LS - 113°30’ - 113°45’ BT. Memang di telinga orang awam akan terasa asing ketika mendengar nama gunung ini karena jika dibandingkan dengan Gunung Semeru ataupun Merapi gunung ini kalah terkenal. Namun di kalangan pecinta kegiatan alam bebas gunung ini akan menjadi salah satu primadona tersendiri karena kondisi alamnya yang masih sangat alami dengan keanekaragaman flora dan fauna serta ekosistem hutan tropis yang banyak ditumbuhi lumut dan padang rumput.

Gunung ini memiliki 2 puncak yaitu Puncak Argopuro yang merupakan puncak tertinggi dan Puncak Rengganis. Puncak Rengganis tidak kalah menarik dari puncak Argopuro sebab di atas puncak ini terdapat reruntuhan kerajaan yang dibangun oleh Raja Majapahit untuk Dewi Rengganis karena takut kekuasaannya akan direbut oleh Dewi Rengganis ini. Sehingga di puncak ini terdapat reruntuhan istana Dewi Rengganis tersebut. Bahkan konon katanya terdapat pula makan Dewi Rengganis beserta para dayang serta pengawal setianya. Sehingga selain dapat menikmati pemandangan yang ada kita juga dapat menyaksikan bukti keberadaan sejarah yang ada di gunung ini.

Jalur pendakian Gunung Argopuro merupakan jalur pendakian terpanjang di Jawa. Terdapat dua jalur pendakian yang bisa dilalui untuk mencapai kedua puncak tersebut, yaitu Jalur Bremi dan Jalur Baderan. Masing-masing jalur memiliki tantangan dan keunikannya masing-masing. Biasanya pendaki naik melalui jalur Baderan dan Turun melalui Jalur Bremi.

Start jalur Bremi berada di Dusun Bremi, Desa Anyer Dingin, Kecamatan Pajarakan, Kabupaten Probolinggo. Dibandingkan dengan jalur Baderan, Jalur Bremi memang lebih pendek, namun memiliki trek dengan banyak tanjakan dan turunan. Namun kita akan disuguhi hutan hujan tropis yang masih benar-benar alami. Selain itu kita juga akan melewati danau yang masih sedikit tersentuh tangan manusia dan berada di tengah hutan yang lebat yaitu Danau Taman Hidup. Danau ini diberi nama demikian mungkin karena adanya pantangan bagi orang yang berada di danau ini yaitu tidak boleh untuk berteriak. Ketika ada seseorang berteriak di danau ini maka akan langsung datang hujan beserta angin kencang menerpa danau tersebut.

Sedangkan Jalur Baderan dimulai di Desa Baderan, Kabupaten Situbondo. Jalur inilah yang merupakan jalur terpanjang di Jawa. Jalur ini memang jauh namun medan yang dilalui lebih landai sehingga terasa lebih ringan. Jalur ini tidak kalah menarik dari Jalur Bremi. Sepanjang perjalanan kita akan banyak disuguhi padang rumput yang luas. Bahkan kadang akan ada beberapa fauna liar seperti babi hutan maupun merak yang terlihat di sepanjang jalur ini. Selain itu juga ada lapangan terbang yang merupakan peninggalan jaman Jepang. Lapangan terbang ini merupakan dataran yang luas dan landai yang biasa digunakan untuk mendaratkan pesawat-pesawat Jepang. Bahkan lapangan terbang ini dijadikan ladang pembantaian pejuang-pejuang kita oleh tentara Jepang. Namun kedua jalur tersebut (Bremi dan Baderan) akan bertemu di Cisentor. Dari Cisentor menuju puncak dapat ditempuh selama 3 jam dengan trekking.

Gunung Argopuro memiliki keindahan alam yang masih benar-benar alami. Selain itu juga memiliki flora dan fauna yang sangat beragam jenisnya. Sehingga Gunung Argopuro sangat menarik untuk didaki.

PANCARAN MENTARI DI PUNCAK TERTINGGI

|0 komentar



Jika kita lihat foto di samping, anda pasti dapat langsung menebak bahwa foto tersebut adalah foto sebuah fenomena yang dapat kita lihat setiap pagi, yaitu matahari terbit atau “sunrise”. Foto ini diambil di atas dataran tertinggi di Pulau Jawa, yaitu di atas Puncak Mahameru. Dan hal inilah yang membuat foto ini sangat spesial. Bisa anda lihat sinar jingga yang terpancar dari sang mentari ataupun lautan awan yang membentang luas. Fenomena inilah yang sering diburu oleh pendaki gunung.
Fenomena “sunrise” di puncak gunung memang sangat istimewa. Bukan hanya keindahannya, namun lebih pada perjuangan seorang pendaki untuk dapat menikmati fenomena tersebut. Bisa kita bayangkan, mereka harus berjalan berjam-jam ditengah suhu yang ekstrim ataupun trek yang menanjak dengan beban berat di pundaknya. Ataupun resiko yang dihadapi para pendaki ini, tanah longsor, suhu yang bisa sangat ekstrim, jurang yang menganga, gas beracun, dan segala tantangan yang disajikan oleh alam yang dapat mengancam jiwa para pendaki.
Namun memang menikmati “sunrise” di puncak gunung merupakan kemenangan tersendiri bagi para pendaki. Mungkin seperti memenangkan Piala Dunia bagi kesebelasan suatu Negara. Dan kita dapat sejenak menikmati indahnya “sunrise” dengan duduk di atas batu di puncak dengan lautan awan berada di bawah kita seraya menikmati biskuit atau hanya sekedar makan kremesan mi instan yang kita bawa di ransel kita. Apalagi ditemani sahabat-sahabat yang selalu menemani perjalanan kita. Saat-saat inilah saat yang tidak akan dilupakan oleh setiap pendaki selama hidupnya. Dan mereka pasti ingin mengulang sensasi ini lagi, lagi, dan lagi.
Mendaki gunung memang tidak mudah. Banyak sekali rintangan yang harus kita hadapi, baik itu rintangan dari alam maupun ego atau kesombongan dari diri kita. Bahkan memang sebenarnya ego kita-lah yang sebenarnya harus kita taklukkan (it is not the mountain we conquer, but ourself). Kadang ketika kita mendaki gunung, ada rasa putus asa yang menyerang otak kita. Namun ingatlah bahwa ada fenomena yang tidak akan kita lupakan seumur hidup kita menunggu di puncak. Untuk itu siapkan mental, rencanakan perjalanan, siapkan logistik, dan nikmati keindahannya.